Pesta demokrasi kita akan kembali digelar pada 14 Februari 2024 mendatang. Sejak April 2023 tahapan pemilu telah ditetapkan hingga Daftar Calon Tetap (DCT) baik DPRD, DPD dan DPR RI pada bulan September.
Sementara itu tahapan Pilpres pendaftaran pasangan calon (paslon) capres dan cawapres pada bulan oktober-November.
Pemilu 2024 mendatang merupakan pemilu pertama kita yang menyatukan pileg dan pilpres, dengan jumlah pemilih muda milenial terbanyak dalam sejarah yaitu 60% (data berdasarkan Daftar Pemilih Tetap KPU).
Pemilih milenial tergolong ke dalam jenis pemilih rasional dan kritis. Pemilih muda diprediksi bakal mendominasi pesta demokrasi Pemilu tahun ini. Pemilih yang biasa disebut generasi Y dan Z.
Tidak sekadar memilih, mereka juga harus aktif mencari informasi, baik itu terkait kandidat maupun tentang tahapan pemilu.Â
Generasi yang sebagian besar sudah mengantongi hak pilih ini akan berperan besar pada proses demokrasi dalam pemilu mendatang.
Inisiator Warga Muda Wildanshah menilai saat ini anak muda berpolitik, tetapi tidak dalam hal yang formal seperti tergabung dalam partai politik. Dengan begitu, peserta pemilu dinilai perlu menyiapkan strategi yang tepat.
Meski begitu, lanjut dia, saat ini anak muda aktif menyoroti perpolitikan Indonesia melalui media sosial. Dia memprediksi para calon presiden akan berupaya menarik simpati anak muda dengan cara menyesuaikan diri dengan pasar anak muda.
Menurut Wildan, strategi pertama para calon presiden untuk menarik pemilih muda ialah mengikuti kebiasaan anak-anak muda seperti ikut nonton konser, berkuliner, dan ke tempat wisata.
“Kedua, ada strategi yang mengambil simpati anak muda dari hobi entertainment-nya anak muda,” kata Wildan dalam acara berjudul ‘Persepsi Anak Muda Jelang Pemilu Serentak Tahun 2024’ pada Selasa (20/6/2023).
“Ketiga, menggunakan komedi politik. Kebanyakan anak muda tidak memilih berdasarkan ideologi, tapi hal-hal yang ringan di kehidupan. Hal ini yang membuat komedi politik menjadi penting untuk menggaet pemilih muda,” tambah dia.
Strategi selanjutnya ialah menggaet pemilih muda dari segi fashion karena dinilai akan lebih mendekatkan diri kepada pemilih karena berpakaian dengan gaya yang sama.
Dengan begitu, dia menyimpulkan bahwa anak muda cenderung belum menentukan pilihan sehingga menjadi peluang bagi para calon presiden maupun partai politik untuk lebih gencar mensosialisasikan diri.
“Hampir sebagian besar anak muda membutuhkan informasi seputar peserta yang nanti akan berkontestasi dalam Pemilu 2024. Informasi ini dibutuhkan mereka untuk menjadi dasar keputusan mereka untuk memilih pada hari pemungutan suara pada 14 Februari 2024 mendatang,” tutur Wildan.
Untuk itu, partai politik dan kandidat disebut harus memiliki strategi komunikasi yang tepat untuk pendekatan kepada anak muda sehingga dapat menggaet suara pemilih anak muda pada Pemilu 2024 nanti.
