Melihat situasi politik terakhir belakangan ini muncul pertanyaan, apakah sejarah akan terulang kembali seperti pada saat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sukses meraih tahta RI 1 pada Pilpres 2004?

Sebagaimana diketahui, SBY kala itu tidak memiliki atau mendapatkan dukungan partai politik. Namun, berkat kepiawaiannya dan dikelihaiannya bermain playing victim, akhirnya mantan Kasospol ABRI ini mampu menarik elektoral dan akseptabilitas publik.

Pada akhirnya, realitas sejarah berpihak pada pria asal Pacitan, Jawa Timur itu dan berhasil memenangkan pilpres menumbangkan Megawati Soekarnoputri yang pada saat itu memiliki kekuatan politik besar sebagai Ketum PDI Perjuangan.

Lalu, melihat kondisi politik kekinian menjelang Pilpres 2024, apakah sejarah akan berulang kembali?

Nama Erick Thohir mulai terlihat bisa diterima berbagai kalangan, mulai generasi muda, orang tua, kaum profesional, pengusaha, lintas jaringan partai politik dan akademisi.

Harus diakui, modal yang sangat berharga dari seorang Erick Thohir adalah lingkup pergaulannya yang luas dan integritasnya yang diperhitungkan, serta kemampuannya beradaptasi dengan situasi kekinian.

Selanjutnya, akankah alam semesta berpihak pada Erick Thohir untuk terpilih sebagai presiden berikutnya, sekalipun tidak memiliki parpol?

Pertanyaan-pertanyaan tersebut rasanya layak diungkapkan, mengingat momentum Pilpres 2024 akan tiba dalam hitungan beberapa bulan lagi.

Baca Juga  Rais Aam PBNU Menegaskan NU Secara Kelembagaan Menjaga Jarak dengan Parpol

Di tengah keraguan sebagian orang soal jadwal Pemilu yang ditunda, namun itu tidak menyurutkan iklim kompetisi dalam pemilihan Capres-Cawapres kali ini.

Khalayak disuguhi berbagai hasil survey yang menggambarkan kekuatan para kandidat capres dan cawapres, meski hasil survey itu bisa dibilang belum 100 persen mewakili keinginan suara rakyat yang sebenarnya.

Namun tak salah juga menjadikan hasil survey tersebut sebagai salah satu indikator untuk mengintip kekuatan para kandidat.

Harus diakui, Erick Thohir adalah seorang profesional sejati. Saat ini, dia memposisikan dirinya sebagai gambaran loyalis sejati Presiden Jokowi.

Erick Thohir bersedia pasang badan atas serangan bertubi-tubi yang ditujukan kepada Jokowi, mulai dari penanganan pandemi Covid-19, Piala Dunia U-20, hingga soal pembangunan kereta api cepat. Erick dengan lugas menjawab semua isu-isu tersebut dengan ciamik.

Gaya Erick Thohir tersebut mau tidak mau layak diapresiasi dengan baik. Pernyataan-pernyataannya sanggup meredam kegelisahan orang banyak -termasuk juga lawan politik Jokowi- sehingga rasanya tidak salah jika mantan bos Mahaka Group ini layak disebut sebagai The President’s Man.

Baca Juga  Menang 2-0 Lawan Kirgizstan, Erick Thohir Minta Pemain Tetap Waspada

Selain Erick Thohir, ada juga seorang kandidat perempuan yang memiliki talenta luar biasa dalam dunia politik Indonesia, namanya Khofifah Indar Parawangsa.

Khofifah memang layak diperhitungkan dalam konstelasi politik nasional jelang Pilpres 2024. Yang pasti, Khofifah adalah representatif kaum perempuan sekaligus kader NU yang diperhitungkan dalam kontestasi politik nasional.

Khofifah memiliki daya tarik yang mumpuni dan bisa menjadi kuda hitam yang diunggulkan jika berjodoh berpasangan dengan Erick Thohir, selain kombinasi pasangan jawa dan luar jawa.

Bagi kalangan Nahdliyin tentu saja menjadi kebanggaan jika kedua simbol kader tersebut berpasangan. Erick-Khofifah bukan tidak mungkin bisa menjadi solusi dari berbagai kandidat yang beredar, keduanya memiliki peluang untuk jadi pemenang.

Perhelatan pilpres sudah di depan mata dan sangat terasa hiruk-pikuk menjelang pesta demokrasi 2024.

Tentu akan sangat menarik untuk memecah kebuntuan dari para pemangku kepentingan khususnya para ketum parpol dalam memilih kandidat capres dan cawapres 2024 nanti.

Apakah demokrasi Indonesia akan mencatatkan sejarah baru dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden kali ini? Kita lihat saja perkembangannya.

Irwan, jurnalis kabari.co.id

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here